watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

ASMARA TOKO BUKU

Pada suatu siang sekitar jam 12-an aku berada di
sebuah toko buku Gramedia di Gatot Subroto
untuk membeli majalah edisi khusus, yang
katanya sih edisi terbatas. Hari itu aku
mengenakan kaos t-shirt putih dan celana katun
abu-abu.
Sebenarnya potongan badanku sih biasa saja,
tinggi 170 cm berat 63 kg, badan cukup tegap,
rambut cepak. Wajahku biasa saja, bahkan
cenderung terkesan sangar. Agak kotak, hidung
biasa, tidak mancung dan tidak pesek, mataku
agak kecil selalu menatap dengan tajam, alisku
tebal dan jidatku cukup pas deh. Jadi tidak ada
yang istimewa denganku.
Saat itu keadaan di toko buku tersebut tidak terlalu
ramai, meskipun saat itu adalah jam makan
siang, hanya ada sekitar 7-8 orang. Aku segera
mendatangi rak bagian majalah. Nah, ketika aku
hendak mengambil majalah tersebut ada tangan
yang juga hendak mengambil majalah tersebut.
Kami sempat saling merebut sesaat (sepersekian
detik) dan kemudian saling melepaskan pegangan
pada majalah tersebut hingga majalah tersebut
jatuh ke lantai. “Maaf..” kataku sambil memungut
majalah tersebut dan memberikannya kepada
orang tersebut yang ternyata adalah seorang
wanita yang berumur sekitar 37 tahun (dan
ternyata tebakanku salah, yang benar 36 tahun),
berwajah bulat, bermata tajam (bahkan agak
berani), tingginya sama denganku (memakai
sepatu hak tinggi), dan dadanya cukup
membusung. “Busyet! molek juga nih ibu-ibu”,
pikirku.
“Nggak pa-pa kok, nyari majalah X juga yah..
saya sudah mencari ke mana-mana tapi nggak
dapet”, katanya sambil tersenyum manis.
“Yah, edisi ini katanya sih terbatas Mbak..”
“Kamu suka juga fotografi yah?”
“Nggak kok, cuma buat koleksi aja kok..”
Lalu kami berbicara banyak tentang fotografi
sampai akhirnya, “Mah, Mamah.. Ira sudah dapet
komiknya, beli dua ya Mah”, potong seorang
gadis cilik masih berseragam SD.
“Sudah dapet Ra.. oh ya maaf ya Dik, Mbak
duluan”, katanya sambil menggandeng anaknya.
Ya sudah, nggak dapat majalah ya nggak pa-pa,
aku lihat-lihat buku terbitan yang baru saja.
Sekitar setengah jam kemudian ada yang
menegurku.
“Hi, asyik amat baca bukunya”, tegur suara
wanita yang halus dan ternyata yang menegurku
adalah wanita yang tadi pergi bersama anaknya.
Rupanaya dia balik lagi, nggak bawa anaknya.
“Ada yang kelupaan Mbak?”
“Oh tidak.”
“Putrinya mana, Mbak?
“Les piano di daerah Tebet”
“Nggak dianter?
“Oh, supir yang nganter.”
Kemudian kami terlibat pembicaraan tentang
fotografi, cukup lama kami berbicara sampai kaki
ini pegal dan mulut pun jadi haus. Akhirnya Mbak
yang bernama Maya tersebut mengajakku makan
fast food di lantai bawah. Aku duduk di dekat
jendela dan Mbak Maya duduk di sampingku.
Harum parfum dan tubuhnnya membuatku
konak. Dan aku merasa, semakin lama dia
semakin mendekatkan badannya padaku, aku
juga merasakan tubuhnya sangat hangat.
Busyet dah, lengan kananku selalu bergesekan
dengan lengan kirinya, tidak keras dan kasar tapi
sehalus mungkin. Kemudian, kutempelkan paha
kananku pada paha kirinya, terus kunaik-turunkan
tumitku sehingga pahaku menggesek-gesek
dengan perlahan paha kirinya. Terlihat dia
beberapa kali menelan ludah dan menggaruk-
garukkan tangannya ke rambutnya. Wah dia
udah kena nih, pikirku. Akhirnya dia mengajakku
pergi meninggalkan restoran tersebut.
“Ke mana?” tanyaku.
“Terserah kamu saja”, balasnya mesra.
“Kamu tahu nggak tempat yang privat yang enak
buat ngobrol”, kataku memberanikan diri, terus
terang aja nih, maksudku sih motel.
“Aku tahu tempat yang privat dan enak buat
ngobrol”, katanya sambil tersenyum.
Kami menggunakan taksi, dan di dalam taksi itu
kami hanya berdiam diri lalu kuberanikan untuk
meremas-remas jemarinya dan dia pun
membalasnya dengan cukup hot. Sambil
meremas-remas kutaruh tanganku di atas
pahanya, dan kugesek-gesekkan. Hawa tubuh
kami meningkat dengan tajam, aku tidak tahu
apakah karena AC di taksi itu sangat buruk apa
nafsu kami sudah sangat tinggi.
Kami tiba di sebuah motel di kawasan kota dan
langsung memesan kamar standart. Kami masuk
lift diantar oleh seorang room boy, dan di dalam
lift tersebut aku memilih berdiri di belakang Mbak
Maya yang berdiri sejajar dengan sang room
boy. Kugesek-gesekan dengan perlahan
burungku ke pantat Mbak Maya, Mbak Maya pun
memberi respon dengan menggoyang-
goyangkan pantatnya berlawanan arah dengan
gesekanku. Ketika room boy meninggalkan kami
di kamar, langsung kepeluk Mbak Maya dari
belakang, kuremas-remas dadanya yang
membusung dan kucium tengkuknya. “Mmhh..
kamu nakal sekali deh dari tadi.. hhm, aku sudah
tidak tahan nih”, sambil dengan cepat dia
membuka bajunya dan dilanjutkan dengan
membuka roknya. Ketika tangannya mencari
reitsleting roknya, masih sempat-sempatnya
tangannya meremas batanganku.
Dia segera membalikkan tubuhnya, payudaranya
yang berada di balik BH-nya telah membusung.
“Buka dong bajumu”, pintanya dengan penuh
kemesraan. Dengan cepat kutarik kaosku ke atas,
dan celanaku ke bawah. Dia sempat terbelalak
ketika melihat batang kemaluanku yang sudah
keluar dari CD-ku. Kepala batangku cuma 1/2 cm
dari pusar. Aku sih tidak mau ambil pusing,
segera kucium bibirnya yang tipis dan kulumat,
segera terjadi pertempuran lidah yang cukup
dahsyat sampai nafasku ngos-ngosan dibuatnya.
Sambil berciuman, kutarik kedua cup BH-nya ke
atas (ini adalah cara paling gampang membuka
BH, tidak perlu mencari kaitannya). Dan bleggh..,
payudaranya sangat besar dan bulat, dengan
puting yang kecil warnanya coklat dan terlihat
urat-uratnya kebiruan. Tangan kananku segera
memilin puting sebelah kiri dan tangan kiriku
sibuk menurunkan CD-nya. Ketika CD-nya sudah
mendekati lutut segera kuaktifkan jempol kaki
kananku untuk menurunkan CD yang
menggantung dekat lututnya, dan bibirku terus
turun melalui lehernya yang cukup jenjang. Nafas
Mbak Maya semakin mendengus-dengus dan
kedua tangannya meremas-remas buah pantatku
dan kadang-kadang memencetnya.
Akhirnya mulutku sampai juga ke buah
semangkanya. Gila, besar sekali.. ampun deh,
kurasa BH-nya diimpor secara khusus kali.
Kudorong tubuhnya secara perlahan hingga kami
akhirnya saling menindih di atas kasur yang
cukup empuk. Segera kunikmati payudaranya
dengan menggunakan tangan dan lidahku
bergantian antara kiri dan kanan. Setelah cukup
puas, aku segera menurunkan ciumanku semakin
ke bawah, ketika ciumanku mencapai bagian iga,
Mbak Maya menggeliat-geliat, saya tidak tahu
apakah ini karena efek ciumanku atau kedua
tanganku yang memilin-milin putingnya yang
sudah keras. Dan semakin ke bawah terlihat bulu
kemaluannya yang tercukur rapi, dan wangi khas
wanita yang sangat merangsang membuatku
bergegas menuju liang senggamanya dan segera
kujilat bagian atasnya beberapa kali.
Kulihat Mbak Maya segera menghentak-hentakkan
pinggulnya ketika aku memainkan klitorisnya. Dan
sekarang terlihat dengan jelas klitorisnya yang
kecil. Dengan rakus kujilat dengan keras dan
cepat. Mbak Maya bergoyang (maju mundur)
dengan cepat, jadi sasaran jilatanku nggak begitu
tepat, segera kutekan pinggulnya. Kujilat lagi
dengan cepat dan tepat, Mbak Maya ingin
menggerak-gerakkan pinggulnya tapi tertahan.
Tenaga pinggulnya luar biasa kuatnya. Aku
berusaha menahan dengan sekuat tenaga dan
erangan Mbak Maya yang tadinya sayup-sayup
sekarang menjadi keras dan liar. Dan kuhisap-
hisap klitorisnya, dan aku merasa ada yang
masuk ke dalam mulutku, segera kujepit diantara
gigi atasku dan bibir bawahku dan segera
kugerak-gerakkan bibir bawahku ke kiri dan ke
kanan sambil menarik ke atas. Mbak Maya
menjerit-jerit keras dan tubuhnya melenting
tinggi, aku sudah tidak kuasa untuk menahan
pinggulnya yang bergerak melenting ke atas.
Terasa liang kewanitaannya sangat basah oleh
cairan kenikmatannya. Dan dengan segera
kupersiapkan batanganku, kuarahkan ke liang
senggamanya dan, “Slebb..” tidak masuk, hanya
ujung batanganku saja yang menempel dan
Mbak Maya merintih kesakitan.
“Pelan-pelan Ndi”, pintanya lemah.
“Ya deh Mbak”, dan kuulangi lagi, tidak masuk
juga. Busyet nih cewek, sudah punya anak tapi
masih kayak perawan begini. Segera kukorek
cairan di dalam liang kewanitaannya untuk
melumuri kepala kemaluanku, lalu perlahan-lahan
tapi pasti kudorong lagi senjataku. “Aarrghh..
pelan Ndi..” Busyet padahal baru kepalanya saja,
sudah susah masuknya. Kutarik perlahan, dan
kumasukan perlahan juga. Pada hitungan ketiga,
kutancap agak keras. “Arrhhghh..” Mbak Maya
menjerit, terlihat air matanya meleleh di sisi
matanya.
“Kenapa Mbak, mau udahan dulu?” bisikku padda
Mbak Maya setelah melihatnya kesakitan.
“Jangan Ndi, terus aja”, balasnya manja.
Kemudian kumainkan maju mundur dan pada
hitungan ketiga kutancap dengan keras. Yah, bibir
kemaluannya ikut masuk ke dalam. Wah sakit
juga, habis sampai bulu kemaluannya ikut
masuk, bayangkan aja, bulu kemaluan kan kasar,
terus menempel di batanganku dan dijepit oleh
bibir kewanitaan Mbak Maya yang ketat sekali.
Dengan usaha tiga hitungan tersebut, akhirnya
mentok juga batanganku di dalam liang
senggama Mbak Maya. Terus terang saja,
usahaku ini sangat menguras tenaga, hal ini bisa
dilihat dari keringatku yang mengalir sangat
deras.
Setelah Mbak Maya tenang, segera senjataku
kugerakkan maju mundur dengan perlahan dan
Mbak Maya mulai menikmatinya. Mulai ikut
bergoyang dan suaranya mulai ikut mengalun
bersama genjotanku. Akhirnya liang kewanitaan
Mbak Maya mulai terasa licin dan rasa sakit yang
diakibatkan oleh kasar dan lebatnya bulu
kemaluannya sedikit berkurang dan bagiku ini
adalah sangat nikmat.
Baru sekitar 12 menitan menggenjot, tiba-tiba dia
memelukku dengan kencang dan, “Auuwww..”,
jeritannya sangat keras, dan beberapa detik
kemudian dia melepaskan pelukannya dan
terbaring lemas.
“Istirahat dulu Mbak”, tanyaku.
“Ya Ndi.. aku ingin istirahat, abis capek banget
sich.. Tulang-tulang Mbak terasa mau lepas Ndi”,
bisiknya dengan nada manja.
“Oke deh Mbak, kita lanjutkan nanti aja..”, balasku
tak kalah mesranya.
“Ndi, kamu sering ya ginian sama wanita lain..”,
pancing Mbak Maya.
“Ah nggak kok Mbak, baru kali ini”, jawabku
berbohong.
“Tapi dari caramu tadi terlihat profesional Ndi,
Kamu hebat Ndi.. Sungguh perkasa”, puji Mbak
Maya.
“Mbak juga hebat, lubang surga Mbak sempit
banget sich.., padahal kan Mbak udah punya
anak”, balasku balik memuji.
“Ah kamu bisa aja, kalau itu sich rahasia dapur”,
balasnya manja.
Kamipun tertawa berdua sambil berpelukan.
Tak terasa karena lelah, kami berdua tertidur pulas
sambil berpelukan dan kami kaget saat
terbangun, rupanya kami tertidur selama tiga
jam. Kami pun melanjutkan permainan yang
tertunda tadi. Kali ini permainan lebih buas dan
liar, kami bercinta dengan bermacam-macam
posisi. Dan yang lebih menggembirakan lagi,
pada permainan tahap kedua ini kami tidak
menemui kesulitan yang berarti, karena selain
kami sudah sama-sama berpengalaman, ternyata
liang senggama Mbak Maya tidak sesempit yang
pertama tadi, mungkin karena sudah ditembus
oleh senjataku yang luar biasa ini sehingga kini
lancarlah senjataku memasuki liang sorganya.
Tapi permainan ini tidak berlangsung lama karena
Mbak Maya harus cepat-cepat pulang menemui
anaknya yang sudah pulang dari les piano. Tapi
sebelum berpisah kami saling memberikan
alamat dan nomer telepon sehingga kami bisa
bercinta lagi di lain saat dengan tenang dan
damai.


Adult | GO HOME | Exit
1/1152
U-ON

inc Powered by Xtgem.com